Sesuai dengan namanya: CRT_Restorer, tentu tujuannya mengembalikan
kondisi CRT yang sudah bermasalah ke keadaan semula, terutama yang
dikarenakan 'ngupil' antara G1 dengan Katodanya.
Kasus-kasus seperti
kehilangan satu warna, salah satu warna terlalu dominan, remang-remang,
gambar tipis, TV hitam putih bruwet (tidak fokus), dll seringkali bisa
diatasi dengan penggunaan alat ini.
Tapi yang saya tulis ini bukan soal tips trik untuk
mengajari pembaca karena saya pikir para pengunjung blog ini sudah lebih
tahu daripada saya. Di sini saya cuma mau sekedar berbagi obrolan
menceritakan pengalaman mempraktekkan membuat dan menggunakan
pengetahuan yang saya dapat di internet tentang CRT restorer. Selain itu
juga untuk memenuhi permintaan seorang sahabat pengunjung blog yang
berkirim email meminta saya sharing tentang hal yang satu ini, dan juga
untuk berbagi dengan teman fb-an.
Dari sekian banyak contoh CRT Restorer yang paling berkesan bagi saya adalah skema dari
Pak Zic ini yang menurut saya bagus banget:
Saya merakitnya lebih sederhana menjadi begini:
|
Gbr2: skema yang lebih sederhana |
|
Gbr3: hasil rakitannya kayak gini, gunanya untuk merestore CRT yang 'ngupil' |
Jika alat bikinan
Pak Zic
itu disebut CRT RESTORER maka hasil mencontoh yang saya rakit itu
mestinya disebut didalam tanda kutip: "CRT Restorer", membacanya
ce-er-te-restorer hehe... kenapa pake hehe? karena layak ditertawakan berhubung nggak becus.!! hehehe.... :)))
Daftar komponennya sbb:
- elco 2,2u/350V untuk menyimpan muatan listrik yang akan
digunakan untuk membakar/menghancurkan 'upil'. Saya pernah bereksperiman
dengan ukuran yang lebih besar seperti 3,3u/450V, 4,7u/450V dan
10u/450V tetapi kemudian merasa bahwa yang paling nyaman itu ukuran
2,2u/450V. Mengapa 450V tidak 350V sesuai skema? Karena di toko terdekat
dengan rumah saya yang 350V itu tidak ada, adanya 250V dan 450V.
- trafo 300 mA atau lebih, mau CT atau tidak terserah, tetapi
kalau saya suka yang ada 7,5 volt dan 12 voltnya. Gunanya untuk
menyediakan arus untuk memanaskan heater. Mengapa tidak 1A saja? Karena
300mA saja sudah cukup untuk menyalakan heater.
- Dioda yang mampu menyearahkan arus AC 220V dari jala-jala
PLN, mau pakai 4 buah dioda dibuat bridge, atau 1 dioda yang sudah
kemasan bridge, atau mau pakai 1 dioda aja cuma sekedar perata....
boleh-boleh saja. Fungsinya cuma untuk mengisi elco langsung dari
listrik 220V.
- soket CRT bekas, dibongkar diambil colokannya saja. Nggak ada bekas pakai yang baru juga boleh.
- isolator untuk membungkus colokan bekas soket tsb, bisa pakai
sedotan minuman, atau apa saja yang mungkin cocok. Kalau saya pakai
potongan selongsong kabel flyback, kalau perlu tambah solasi, maksudnya
biar nggak konslet atau bikin kesetrum.
- saklar push switch 2x6, penguncinya dilepas (diangkat) biar kalau ditekan balik lagi, tetangga saya bilang: dari cetit-cetit menjadi nyut-nyut.
- beberapa helai kabel untuk penghubung dari saklar ke CRT dan
dari trafo ke saklar, panjangnya kira-kira aja, paling dari saklar ke
colokan pin CRT cuma sekitar 50-60 cm saja.
- jack AC + kabel untuk colokan listriknya.
- Ohmmeter, biasanya pakai skala x1K.
- Sebaiknya masing-masing kabel itu dikasih nama biar lebih mudah
memakainya, saya pakai solasi kertas saya tempelkan di masing-masing
kabel lalu ditulisi: H1, H2, G1, K.
|
Gbr4: pin CRT TV warna 9 pin, 11 pin dan 7 pin. |
Cara pakainya demikian:
- Langkah pertama adalah mengecek masih bagus tidaknya CRT. Soket CRT
TV dilepas lalu elektroda CRTnya ditest. Caranya adalah panasi heater
dengan tegangan dari trafo, kalau TV warna pakai AC 7,5V, kalau TV hitam
putih pakai 12V. Setelah heater menyala tunggu dulu beberapa saat
sampai panas, biasanya setengah menit sudah bisa, lalu pakai ohmmeter
x1K, probe hitam (+batre) tempelkan ke G1 dan probe merah (-batre) ke
katoda (KB, KR, atau KG), mirip ngetest Dioda biasa, bedanya kalau CRT
dipanasi dulu. Kalau jarum menyimpang jauh ke kanan menunjukkan kurang
dari 10K berarti CRT masih baik dan tak perlu di-restore, tapi kalau
nilai ohm-nya tinggi (lebih dari 10K) ada kemungkinan itu udah ngupil dan perlu di-restore. Jika sama sekali tak bergerak mungkin CRT memang sudah tidak bisa di-restore lagi.
- Jika langkah pertama menunjukkan perlunya CRT di-restore (ditembak)
maka dilanjutkan dengan memasang colokan ke G1 dan Katoda. G1 terhubung
ke kutub + elco (lewat saklar) dan Katoda terhubung ke - elco (juga
lewat saklar).
- Saklar ditekan terus dilepaskan, karena penguncinya sudah dilepas
tentu jadi mirip saklar klakson, tet...., tet..., tet.... Saat ditekan
itu elco melepas muatannya di dalam leher CRT membakar 'upil' antara G1
dan Katoda, karenanya di dalam leher CRT ada kilatan api. Biasanya
diulang menekannya beberapa kali: "jrett, jrett, jrett, jrett...."
- Setelah 'digituin' terus diukur lagi, karenanya colokan ke G1 dan
Katoda dilepas dulu, diukur pakai Ohmmeter, ada perubahan nilai
resistansinya nggak. Biasanya nilai resistansi yang semula ratusan kilo
ohm menjadi turun hingga di bawah 10K. Jika sudah begitu berarti
selesai, tinggal lepas colokan heaternya.
- Menunggu dingin ada kalanya perlu. Bersegera memasang kembali soket
CRT TV dan langsung menyalakannya kadang-kadang berakibat sesuatu yang
mengejutkan pada model tertentu, misalnya saat TV dinyalakan timbul
"jretttt..." timbul bunga api di sekitar leher CRT, bagi pemula tentu
bisa bikin nyali menciut. Kejadian ini pernah beberapa kali saya alami
pada TV model tertentu. Nah, menunggu dingin beberapa saat bisa menjadi
langkah antisipatif, setidak-tidaknya hati jadi siap jika ternyata malah
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
- Kebanyakan CRT 7 pin (leher kecil), 9 pin (leher besar), 11 pin
(leher besar), dan CRT TV hitam putih yang sudah bermasalah bisa jadi
bagus dan cling lagi. Saya belum pernah berhasil pada CRT TV Sony, juga
pada beberapa TV China yang pakai tabung bekas komputer. Yang saat
pertama ditest tidak menggerakkan jarum meter sama sekali biasanya juga
tidak berhasil di-restore.
- Sebagai seorang pemula kadang masih bingung bagaimana menentukan
mana yang pin G1, maklum nggak hafal-hafal, ini bisa pakai trik begini:
setelah CRT dipanasi itu probe merah ohmmeter tempelkan ke salah satu
Katoda, lalu tempelkan probe hitam ke pin-pin yang lain satu persatu.
Mana yang bergerak itulah G1, (tetapi jika dibalik tidak bergerak),
mirip mengukur Dioda (G1=Anoda, KB KR KG=Katoda).
Cara menembak CRT itu ada berbagai cara, tidak hanya pakai CRT restorer
sistim muatan elko seperti contoh di atas, ada yang pakai listrik AC PLN
dengan lampu bolam, ada yang pakai tegangan tinggi dari raket nyamuk,
ada yang pakai tegangan tinggi dari kop flyback, ada yang pakai tegangan
fokus. Berikut ini cara menembak CRT yang saya dapat dari teman
facebook yang sangat praktis dengan menggunakan tegangan fokus flyback:
-
Lepas semua Resistor RGB ke masing-masing Katoda, yaitu R yang menghubungkan masing-masing Katoda dengan TR penguatnya.
- Lepaskan kabel G2 (screen).
- Lepaskan kabel fokus dan pindahkan ke G2, solder langsung.
- Trimpot setelan fokus distel maximum.
- Nyalakan TV.
- Awalnya CRT akan terdengar mendesis dan ada loncatan-loncatan api di
leher CRT, biarkan saja, lama-lama suara desis akan mengecil dan
hilang.
- Pasang kembali seperti semula.
- Test hasilnya ...Sumber: http://teknikamania.blogspot.com/2013/01/memperbaiki-crt-dengan-crtrestorer.html
ilmu yang sangat bermanfaat bagi saya yang pemula
BalasHapusterima kasih