Senin, 13 Mei 2013

Memperbaiki CRT dengan CRT_Restorer

Sesuai dengan namanya: CRT_Restorer, tentu tujuannya mengembalikan kondisi CRT yang sudah bermasalah ke keadaan semula, terutama yang dikarenakan 'ngupil' antara G1 dengan Katodanya. Kasus-kasus seperti kehilangan satu warna, salah satu warna terlalu dominan, remang-remang, gambar tipis, TV hitam putih bruwet (tidak fokus), dll seringkali bisa diatasi dengan penggunaan alat ini.

Tapi yang saya tulis ini bukan soal tips trik untuk mengajari pembaca karena saya pikir para pengunjung blog ini sudah lebih tahu daripada saya. Di sini saya cuma mau sekedar berbagi obrolan menceritakan pengalaman mempraktekkan membuat dan menggunakan pengetahuan yang saya dapat di internet tentang CRT restorer. Selain itu juga untuk memenuhi permintaan seorang sahabat pengunjung blog yang berkirim email meminta saya sharing tentang hal yang satu ini, dan juga untuk berbagi dengan teman fb-an.

Dari sekian banyak contoh CRT Restorer yang paling berkesan bagi saya adalah skema dari Pak Zic ini yang menurut saya bagus banget:
Gbr1: skema CRT RESTORER dari ZicElectronic

Saya merakitnya lebih sederhana menjadi begini:
Gbr2: skema yang lebih sederhana

Gbr3: hasil rakitannya kayak gini, gunanya untuk merestore CRT yang 'ngupil'
Jika alat bikinan Pak Zic itu disebut CRT RESTORER maka hasil mencontoh yang saya rakit itu mestinya disebut didalam tanda kutip: "CRT Restorer", membacanya ce-er-te-restorer hehe... kenapa pake hehe? karena layak ditertawakan berhubung nggak becus.!! hehehe.... :)))

Daftar komponennya sbb:
  • elco 2,2u/350V untuk menyimpan muatan listrik yang akan digunakan untuk membakar/menghancurkan 'upil'. Saya pernah bereksperiman dengan ukuran yang lebih besar seperti 3,3u/450V, 4,7u/450V dan 10u/450V tetapi kemudian merasa bahwa yang paling nyaman itu ukuran 2,2u/450V. Mengapa 450V tidak 350V sesuai skema? Karena di toko terdekat dengan rumah saya yang 350V itu tidak ada, adanya 250V dan 450V.
  • trafo 300 mA atau lebih, mau CT atau tidak terserah, tetapi kalau saya suka yang ada 7,5 volt dan 12 voltnya. Gunanya untuk menyediakan arus untuk memanaskan heater. Mengapa tidak 1A saja? Karena 300mA saja sudah cukup untuk menyalakan heater.
  • Dioda yang mampu menyearahkan arus AC 220V dari jala-jala PLN, mau pakai 4 buah dioda dibuat bridge, atau 1 dioda yang sudah kemasan bridge, atau mau pakai 1 dioda aja cuma sekedar perata.... boleh-boleh saja. Fungsinya cuma untuk mengisi elco langsung dari listrik 220V.
  • soket CRT bekas, dibongkar diambil colokannya saja. Nggak ada bekas pakai yang baru juga boleh.
  • isolator untuk membungkus colokan bekas soket tsb, bisa pakai sedotan minuman, atau apa saja yang mungkin cocok. Kalau saya pakai potongan selongsong kabel flyback, kalau perlu tambah solasi, maksudnya biar nggak konslet atau bikin kesetrum.
  • saklar push switch 2x6, penguncinya dilepas (diangkat) biar kalau ditekan balik lagi, tetangga saya bilang: dari cetit-cetit menjadi nyut-nyut.
  • beberapa helai kabel untuk penghubung dari saklar ke CRT dan dari trafo ke saklar, panjangnya kira-kira aja, paling dari saklar ke colokan pin CRT cuma sekitar 50-60 cm saja.
  • jack AC + kabel untuk colokan listriknya.
  • Ohmmeter, biasanya pakai skala x1K.
  • Sebaiknya masing-masing kabel itu dikasih nama biar lebih mudah memakainya, saya pakai solasi kertas saya tempelkan di masing-masing kabel lalu ditulisi: H1, H2, G1, K.
Gbr4: pin CRT TV warna 9 pin, 11 pin dan 7 pin.

Cara pakainya demikian:
  • Langkah pertama adalah mengecek masih bagus tidaknya CRT. Soket CRT TV dilepas lalu elektroda CRTnya ditest. Caranya adalah panasi heater dengan tegangan dari trafo, kalau TV warna pakai AC 7,5V, kalau TV hitam putih pakai 12V. Setelah heater menyala tunggu dulu beberapa saat sampai panas, biasanya setengah menit sudah bisa, lalu pakai ohmmeter x1K, probe hitam (+batre) tempelkan ke G1 dan probe merah (-batre) ke katoda (KB, KR, atau KG), mirip ngetest Dioda biasa, bedanya kalau CRT dipanasi dulu. Kalau jarum menyimpang jauh ke kanan menunjukkan kurang dari 10K berarti CRT masih baik dan tak perlu di-restore, tapi kalau nilai ohm-nya tinggi (lebih dari 10K) ada kemungkinan itu udah ngupil dan perlu di-restore. Jika sama sekali tak bergerak mungkin CRT memang sudah tidak bisa di-restore lagi.
  • Jika langkah pertama menunjukkan perlunya CRT di-restore (ditembak) maka dilanjutkan dengan memasang colokan ke G1 dan Katoda. G1 terhubung ke kutub + elco (lewat saklar) dan Katoda terhubung ke - elco (juga lewat saklar).
  • Saklar ditekan terus dilepaskan, karena penguncinya sudah dilepas tentu jadi mirip saklar klakson, tet...., tet..., tet.... Saat ditekan itu elco melepas muatannya di dalam leher CRT membakar 'upil' antara G1 dan Katoda, karenanya di dalam leher CRT ada kilatan api. Biasanya diulang menekannya beberapa kali: "jrett, jrett, jrett, jrett...."
  • Setelah 'digituin' terus diukur lagi, karenanya colokan ke G1 dan Katoda dilepas dulu, diukur pakai Ohmmeter, ada perubahan nilai resistansinya nggak. Biasanya nilai resistansi yang semula ratusan kilo ohm menjadi turun hingga di bawah 10K. Jika sudah begitu berarti selesai, tinggal lepas colokan heaternya.
  • Menunggu dingin ada kalanya perlu. Bersegera memasang kembali soket CRT TV dan langsung menyalakannya kadang-kadang berakibat sesuatu yang mengejutkan pada model tertentu, misalnya saat TV dinyalakan timbul "jretttt..." timbul bunga api di sekitar leher CRT, bagi pemula tentu bisa bikin nyali menciut. Kejadian ini pernah beberapa kali saya alami pada TV model tertentu. Nah, menunggu dingin beberapa saat bisa menjadi langkah antisipatif, setidak-tidaknya hati jadi siap jika ternyata malah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
  • Kebanyakan CRT 7 pin (leher kecil), 9 pin (leher besar), 11 pin (leher besar), dan CRT TV hitam putih yang sudah bermasalah bisa jadi bagus dan cling lagi. Saya belum pernah berhasil pada CRT TV Sony, juga pada beberapa TV China yang pakai tabung bekas komputer. Yang saat pertama ditest tidak menggerakkan jarum meter sama sekali biasanya juga tidak berhasil di-restore.
  • Sebagai seorang pemula kadang masih bingung bagaimana menentukan mana yang pin G1, maklum nggak hafal-hafal, ini bisa pakai trik begini: setelah CRT dipanasi itu probe merah ohmmeter tempelkan ke salah satu Katoda, lalu tempelkan probe hitam ke pin-pin yang lain satu persatu. Mana yang bergerak itulah G1, (tetapi jika dibalik tidak bergerak), mirip mengukur Dioda (G1=Anoda, KB KR KG=Katoda).

Cara menembak CRT itu ada berbagai cara, tidak hanya pakai CRT restorer sistim muatan elko seperti contoh di atas, ada yang pakai listrik AC PLN dengan lampu bolam, ada yang pakai tegangan tinggi dari raket nyamuk, ada yang pakai tegangan tinggi dari kop flyback, ada yang pakai tegangan fokus. Berikut ini cara menembak CRT yang saya dapat dari teman facebook yang sangat praktis dengan menggunakan tegangan fokus flyback:
  1. Lepas semua Resistor RGB ke masing-masing Katoda, yaitu R yang menghubungkan masing-masing Katoda dengan TR penguatnya.
  2. Lepaskan kabel G2 (screen).
  3. Lepaskan kabel fokus dan pindahkan ke G2, solder langsung.
  4. Trimpot setelan fokus distel maximum.
  5. Nyalakan TV.
  6. Awalnya CRT akan terdengar mendesis dan ada loncatan-loncatan api di leher CRT, biarkan saja, lama-lama suara desis akan mengecil dan hilang.
  7. Pasang kembali seperti semula.
  8. Test hasilnya  ...Sumber: http://teknikamania.blogspot.com/2013/01/memperbaiki-crt-dengan-crtrestorer.html

1 komentar: